Mata kuliah Energi Terbarukan termasuk matakuliah yang banyak peminat dan memang menarik untuk dipelajari, khususnya untuk mahasiswa yang spesifik mengambil kebidangan Energi dan Mesin pertanian. Praktikum lapangan juga akan dilakukan untuk menambah pemahaman mahasiswa terhadap teori yang telah dipelajari dibangku perkuliahan, khususnya penerapan energi alternatif yang banyak dijumpai di sekitar kita. Banyak tempat yang menjadi alternatif untuk kunjungan praktikum matakuliah ini, tempat praktikum yang masuk sebagai nominasi antara lain:
Pembangkit Tenaga Listrik Mikro Hidro (PLTMH) Girikerto Turi Sleman
PLTMH yang dibangun di daerah Girikerto Turi. PLTMH ini memiliki head sekitar 10 meter dengan daya terpasang sekitar 4000 Watt. PLTMH ini pertama dibangun pada tahun 2003 dan mulai beroperasi pada tahun 2005. Energi listrik yang dihasilkan oleh PLTMH ini juga dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat lokal. Untuk sementara energi listrik yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan lisrik tiga rumah. Dalam pengoperasian dan perawatan PLTMH ini melibatkan penduduk setempat. Daerah lain yang juga sedang dibangun PLTMH adalah di daerah Minggir, hanya saja proyek ini belum dapat beroperasi karena masih dalam proses pembangunan (sumber : Dinas Pertambangan dan Penanggulangan Bencana Alam Sleman )
Pembangkit Biogas didaerah Mergoagung Seyegan,Sleman
Pengembangan Energi Biomassa
Pengembangan energi biomassa khususnya biogas telah dikembangkan di daerah Yogya Utara dan didaerah Pantai Selatan Yogyakarta yaitu di Baron, Gunung Kidul. Upaya pengembangan energi biomassa ini dengan penanaman pohon jarak di daerah Pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul. Namun dalam kurun waktu terkahir ini biogas sudah tidak beroperasi lagi.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Pembangkit tenaga Surya daerah Parang Tritis Pengembangan pembangkit listrik tenaga surya ini dikembangakan oleh pihak BPPT bekerja sama dengan Pemerintah daerah Gunung Kidul. Daerah Prambanan juga memiliki potensi untuk dikembangkannya Pembangkit listrik Tenaga Surya.
Salah satu daerah yang menjadi sasaran pengembangan energi PLTS adalah daerah Prambanan. Beberapa tahun terakhir telah dikembangkan photovoltaic dengan daya yang dihasilkan yaitu sekitar 200 Watt dengan Investasi sebesar Rp.5.000.000,00 untuk setiap unitnya. Proyek ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di salah satu daerah terpencil di Prambanan
Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Saat ini pembangkit listrik tenaga angin telah dikembangkan oleh LAPAN (Lembaga Penelitian dan Antariksa) dan PSE (Pusat Studi Energi) UGM. LAPAN telah mendirikan PLTAngin di daerah Samas, Sadeng, Parangtritis,
Srandakan dan Baron. Namun PLTAngin yang dikembangkan ini tidak dapat bekerja secara efektif karena pengembangan tidak sesuai dengan potensi angin Yogyakarta. Yogyakarta memiliki potensi angin dengan kecepatan 3-5 m/s, untuk kecepatan angin seperti itu sebaiknya menggunakan kincir dengan low speed, turbin VAWT (Vertical Axis Wind Turbine), generator low rpm dan sistem pemasangan Stand alone.
Dalam hal ini kajian mengenai energi terbarukan oleh PSE UGM juga lebih dikonsentrasikan pada pengembangan potensi angin. Pada tahun 2004 PSE telah melakukan kajian mengenai potensi pemanfaatan energi angin di DIY dan hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata kecepatan angin di wilayah selatan DIY adalah 3-5 m/s pada ketinggian 20 meter. Namun yang perlu diingat bahwa di DIY sulit untuk dilakukan pembangkitan dengan orde megawatt karena potensinya yang kurang.
Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
Pantai Selatan di daerah Yogyakarta memiliki potensi gelombang 19 kw/panjang gelombang). Pembangkit
Listrik Tenaga Gelombang Laut di daerah Yogyakarta dikembangkan oleh BPPT khususnya BPDP (Balai Pengkajian Dinamika Pantai). Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut ini menggunakan metode OWC (Ocillating Water Column).
BPDP – BPPT pada tahun 2004 telah berhasil membangun prototype OWC pertama di Indonesia. Prototype itu dibangun di pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul. Prototype OWC yang dibangun adalah OWC dengan dinding tegak. Luas bersih chamber 3m x 3m. Tinggi sampai pangkal dinding miring 4 meter, tinggi dinding miring 2 meter sampai ke ducting, tinggi ducting 2 meter. Prototype OWC 2004 ini setelah di uji coba operasional memiliki efisiensi 11%.
Pada tahun 2006 ini pihak BPDP – BPPT kembali membangun OWC dengan sistem Limpet di pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul . OWC Limpet dibangun berdampingan dengan OWC 2004 tetapi dengan model yang
berbeda. Dengan harapan besar energi gelombang yang bisa dimanfaatkan dan efisiensi dari OWC Limpet ini akan lebih besar dari pada OWC sebelumnya.